Friday 24 December 2010

Loading isn't Waiting

Some minutes ago, I got talk with one of my friends, she use word ‘Loading’ as her status on her messenger application. I asked her, what is loading ? She answer, ‘loading is loading’, mean nothing, cause she just waiting for tomorrow come.
I tell her that ‘loading’ isn’t ‘waiting’. Loading mean ‘memuat’, but waiting mean ‘menunggu’. She tell me a reason why she choose to use the word ‘loading’, cause she found that every game use that word when we must wait for the game to load. So, she think loading is waiting. I am not say that she was wrong, but after our conversation, I realized that if we don’t know English better, we may make some mistakes when we try to translate English into Indonesian.
Every game that we ever or we always played use word ‘loading’ cause every game must ‘load’ something before we can play that game. As people, game also need time to ‘load’ something, so isn’t wrong if we think that word ‘loading’ that every game used is mean waiting, cause we must wait for some times before we can play the game. I think that all, I can explain about the difference between word ‘loading’ and ‘waiting’.

Pola Pikir Yang Benar

Saat saya sedang asyik membaca buku yang berjudul, ‘Berpikir dan Berjiwa Besar’, ada suatu bagian dalam buku tersebut yang mengingatkan saya terhadap sebuah pengalaman yang pernah saya alami sendiri bertahun-tahun yang lalu. Pengalaman saya persis seperti cerita contoh kasus yang ada dalam buku tersebut, hanya untuk kegiatan atau hal yang berbeda. Inilah ceritanya.
Bertahun-tahun lalu, saat saya masih di awal masa kuliah, memutuskan untuk bergabung dengan salah satu organisasi yang ada di kampus. Di organisasi tersebut terdapat banyak sie atau divisi dan saya memutuskan untuk memilih sie acara yang bertugas merencanakan serta merancang dari setiap acara atau kegiatan yang menjadi tanggung jawab organisasi tersebut. Saya menjalani proses wawancara yang ditujukan untuk menyeleksi orang-orang yang akan diterima sebagai bagian dari organisasi dan saya menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan dalam wawancara tersebut sebaik mungkin. Namun ternyata hasil wawancaranya berbeda dengan apa yang benar-benar saya harapkan. Saya diterima, tetapi di sie yang berbeda dengan sangat saya harapkan, saya diterima di sie perlengkapan. Saya agak kurang suka di awal, namun sebagai bentuk tanggung jawab serta profesionalisme, saya tetap melakukan seluruh tanggung jawab pekerjaan yang diserahkan kepada saya dengan sebaik yang saya bisa.

Tak Sekedar Berjanji

Kita mungkin telah sering mendengar kalimat, ‘janji harus ditepati’ atau ‘jangan hanya bisa janji saja’ atau kalimat lain sejenisnya. Saya sadar, memang adalah lebih mudah bagi setiap kita untuk berjanji kepada diri kita sendiri maupun kepada orang lain, tetapi sebaliknya adalah jauh lebih sulit untuk menepati apa yang kita janjikan. Ya, memang sepertinya berbicara atau berjanji itu lebih mudah daripada melakukan atau menepatinya.
Kesadaran atas hal tersebut, entah kenapa tiba-tiba terlintas di pikiran saya dan seolah kembali menegur atau mengingatkan saya untuk tidak seperti itu. Harus diakui bahwa terkadang saya (atau juga kita semua) seolah tampak begitu mudah sekali berbicara namun diri saya sendiri maupun orang lain tidak melihat bukti nyata dari apa yang saya ucapkan. Berbicara memang enak dan sangat mudah, tetapi melakukan atau memberi bukti jauh lebih tidak mudah.

Sean Parker, Founder of Napster

Sean Parker, Man of Mystery, in his (rented) five-story
Manhattan town house. (by Jonas Fredwall Karlsson).
Awalnya, saya tidak mengetahui nama dari enterpreneur pendiri Napster ini dan juga tidak pernah terpikir akan membuat tulisan mengenainya. Saya mengetahui pertama kali namanya setelah menonton film The Social Network, sebuah film yang menceritakan kisah perjalanan situs jejaring sosial Facebook. Parker ikut terlibat dalam perjalanan perkembangan Facebook, dia berperan sebagai salah satu investor sekaligus sebagai salah satu presiden disana.
Sean Parker dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1979, sekarang berusia 31 tahun. Parker dikenal sebagai entrepreneur di bidang teknologi informasi dengan ikut mendirikan Napster, Plaxo, dan Causes serta terlibat dalam perkembangan Facebook. Dia sempat menjabat sebagai salah satu Presiden Facebook, sebelum akhirnya diberhentikan sesaat setelah dia tertangkap di North Carolina pada tahun 2005. Dia ditangkap sebab di rumah yang disewa menggunakan namanya yang dia gunakan untuk berlibur bersama beberapa orang kawan ditemukan satu bungkus plastik berisi serbuk putih yang ternyata adalah kokain. Dia sempat ditahan selama beberapa hari sebelum akhirnya dilepaskan dikarenakan belum adanya tuntutan untuk dirinya. Awalnya CEO Facebook, Mark Zuckerberg, tidak berpikir untuk memberhentikan Parker. Namun atas desakan dari salah satu investor utama sekaligus Vice CEO Facebook waktu itu, Jim Breyer, akhirnya Parker diberhentikan dari jabatannya sebagai Presiden dengan alasan bahwa dia dapat membawa pengaruh buruk terhadap perusahaan. Parker memang diberhentikan sebagai Presiden, namun tidak pernah benar-benar keluar dari Facebook, dia masih berperan sebagai salah satu penasihat.

Wednesday 22 December 2010

Efisiensi

Efisiensi, kata ini pasti sudah sering kita dengar bukan ? Kata ini kerap disandingkan dengan kata efektivitas, sering kali digunakan bersama untuk membentuk pasangan ‘efektif dan efisien’. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata efisiensi memiliki sejumlah makna, antara lain ketepatan cara (usaha atau kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, biaya, tenaga), kedayagunaan, ketepatgunaan, kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat.
Kata ‘efisiensi’ atau ‘efisien’ paling sering digunakan dalam bidang manajemen, khususnya ketika menyangkut pengelolaan suatu organisasi, membicarakan masalah kinerja suatu organisasi atau individu, dan hal-hal terkait lainnya. Tulisan ini membahas efisiensi dalam kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Beberapa hari yang lalu, saya akhirnya sadar bahwa kehidupan adalah suatu aset. Waktu yang kita miliki dalam hidup kita adalah aset yang sangat berharga yang pernah kita miliki. Pertanyaannya, apakah kita sudah memanfaatkan waktu yang kita miliki dalam hidup ini dengan efisien atau maksimal ? Dari hasil evaluasi hidup saya sendiri, saya menemukan bahwa saya masih belum memanfaatkan waktu yang saya miliki dalam hidup saya dengan maksimal. Seringkali saya menyadari bahwa saya memanfaatkan waktu dalam hidup saya untuk hal-hal yang kurang penting bahkan dapat dikatakan tidak penting sama sekali. Beberapa kali saya menemukan diri saya sendiri melakukan aktivitas yang seharusnya tidak perlu, seperti mencari informasi yang tidak saya butuhkan, menonton video pada waktu yang tidak tepat, dan sebagainya. Selain itu, saya juga akhirnya menyadari bahwa efisiensi kerja saya cenderung menurun akhir-akhir ini. Saya terlalu lama berkutat dengan suatu pekerjaan atau tanggung jawab yang seharusnya dapat saya kerjakan dengan lebih cepat. Saya cenderung berputar-putar dalam mengerjakan tanggung jawab saya, sehingga pada akhirnya suatu tanggung jawab memerlukan waktu yang lebih lama dibanding seharusnya. Hal ini sungguh bertolak belakang dengan diri saya yang sebelumnya yang begitu efisien dan efektif dalam mengerjakan segala sesuatu.

Evaluasi Hidup

Setiap hari, selama kita masih bernafas dan dapat bergerak, berarti kita masih hidup. Setiap hari kehidupan kita berjalan dengan detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam, namun tidak selalu setiap detik, menit, atau jam yang kita lalui semuanya berjalan mulus. Dalam setiap waktu yang kita jalani dalam kehidupan terkadang kita jatuh, terkadang kita melakukan aktivitas yang kurang penting, terkadang kita kurang atau tidak berhasil menjalankan jadwal yang kita buat untuk setiap hari dalam hidup kita, terkadang kita terpalingkan dari impian atau target kita oleh sesuatu hal, dan banyak hal yang mungkin saja berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Menyikapi itu semua, adakalanya kita perlu melakukan evaluasi terhadap kehidupan sendiri, evaluasi yang positif dan membangun.
Gagasan untuk membuat tulisan mengenai evaluasi hidup ini saya peroleh ketika saya sedang membaca sebuah buku pengembangan diri yang memang saya baca untuk kembali membantu diri saya berkembang ke tingkat yang lebih baik dan lebih tinggi dalam kehidupan saya sendiri. Dalam salah satu bagian buku tersebut, saya menemukan sebuah bahasan mengenai evaluasi dan betapa evaluasi tersebut dapat membantu kita untuk menemukan apa yang kurang baik dalam setiap apa pun yang kita lakukan serta untuk mengurangi hal-hal kurang baik tersebut untuk membantu kita bertumbuh secara pribadi. Terpantik oleh tulisan tersebut, saya seolah diingatkan kembali pada tulisan yang pernah saya beberapa waktu sebelumnya mengenai target dan jadwal harian. Saya diingatkan kembali bahwa selama beberapa hari terakhir ini saya lupa untuk melakukan evaluasi terhadap setiap kegiatan yang telah saya lakukan setiap harinya. Saya benar-benar lupa melakukan evaluasi terhadap seluruh aktivitas saya setiap hari.

Sesuatu Yang Kurang Saya Sukai

Bagi setiap orang yang pernah bekerja atau bergaul dengan cukup erat dengan saya, kemungkinan besar mereka telah mengetahui mengenai salah ketidaksukaan saya ini. Salah satu hal yang kurang saya sukai adalah tidak adanya aktivitas atau menganggur. Ya, saya paling tidak suka jika tidak ada sesuatu yang tidak dapat saya lakukan, apapun bentuknya. Saya, secara pribadi, selalu ingin memiliki suatu aktivitas atau kegiatan yang dapat saya lakukan dalam bentuk apapun. Bagi saya, melakukan suatu kegiatan seolah jadi sebentuk sarana untuk melatih diri saya sendiri agar tidak malas.
Bagi orang-orang yang pernah bekerja sama dalam bidang apapun, saya yakin sebagian dari mereka mengetahui bahwa saya termasuk orang tidak suka jika tidak ada pekerjaan. Salah satu kebiasaan saya tersebut membuat saya terkadang dijuluki orang yang rajin, pekerja keras, namun tidak jarang juga disebut dengan istilah workaholic atau si pencinta pekerjaan. Ya, mungkin saja sebagian dari sebutan tersebut benar adanya. Saya memang doyan melakukan sesuatu kegiatan atau aktivitas, khususnya yang menarik perhatian saya seperti membaca, menulis, mencoba atau belajar bahasa pemrograman, dan sebagainya. Intinya saya suka melakukan sesuatu.
Namun, setelah saya renungkan terkadang ucapan atau saran beberapa kawan saya mengenai kebiasaan saya tersebut ada benarnya juga. Beberapa diantara kawan saya mengatakan bahwa saya sesekali perlu untuk bersantai dan tidak melulu memikirkan pekerjaan. Awalnya saya tidak terlalu peduli, namun setelah berulang kali mendengarkan ucapan atau saran tersebut dan setelah saya merenungkannya, akhirnya saya bahwa benar-benar sadar bahwa hal itu memang perlu. Saya memang harus beraktivitas atau berkegiatan atau bekerja, namun bukan berarti bahwa saya harus selalu beraktivitas atau berkegiatan atau bekerja, sesekali saya perlu juga beristirahat atau bersantai.

Tuesday 21 December 2010

Menciptakan Sejarah Hidup

Sejarah atau history dalam Bahasa Inggris dapat memiliki beragam arti, antara lain asal-usul silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat, pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Mengacu pada definisi tersebut, maka segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki sejarahnya masing-masing. Sebagai contoh, sejarah kemerdekaan Indonesia, sejarah perang dunia, sejarah kerajaan Majapahit, sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia, sejarah kelahiran negara Amerika Serikat, sejarah pengembangan pesawat terbang, sejarah atau asal mula danau Toba, dan termasuk juga sejarah kelahiran kita.
Mengacu pada beberapa contoh sejarah di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa kita sendiri telah menjadi salah satu bagian dari sejarah dunia ini. Oleh karena kita telah menjadi satu bagian dari sejarah dunia ini, maka kita tidak perlu minder atau kurang percaya diri terhadap kehidupan serta diri kita sendiri. Namun, kita juga tidak boleh puas dengan sejarah kehidupan kita tersebut. Kita harus berupaya untuk menciptakan suatu catatan sejarah kehidupan yang lebih baik lagi daripada sekedar ada atau lahir di dunia ini. Kita harus menciptakan catatan kehidupan yang baik dan tidak memiliki noda atau keburukan serta jika memungkinkan kita juga harus berupaya menciptakan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang banyak yang dapat membuat kita juga dikenang oleh dunia ini sebagai orang yang telah membantu menciptakan suatu kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang di dunia ini.

Monday 20 December 2010

Gelora di Dalam Dada

Pagi ini, setelah saya bangun dari tidur dan segera setelah berdoa pagi, saya melanjutkan membaca salah satu tabloid komputer yang saya beli beberapa hari lalu. Di tabloid tersebut, saya menemukan serta membaca satu artikel mengenai studi ke luar negeri. Membaca artikel mengenai studi ke luar negeri tersebut, saya seolah diingatkan kembali mengenai salah satu impian yang terdapat dalam daftar impian saya, yaitu belajar ke luar negeri sama seperti impian dari penulis artikel tersebut. Membaca artikel tersebut benar-benar mengingatkan saya untuk lebih serius, tekun, fokus, dan bekerja keras dalam mengejar impian saya.
Ya, memang harus saya akui kepada diri saya sendiri bahwa sejak sekitar kurang lebih dua tahun lalu, saya mulai terlena dan kurang fokus dalam mengejar impian-impian saya. Saya menjadi mudah terpengaruh oleh orang-orang disekitar saya serta impian-impian maupun kebiasaan mereka. Saya sendiri bersalah karena membiarkan diri saya tidak fokus serta mudah terpengaruh oleh orang lain disekitar saya. Namun biarlah itu semua sudah berlalu, sejak sekitar dua bulan yang lalu saya mulai berusaha untuk mengembalikan gairah di dalam dada saya serta untuk memfokuskan diri saya pada impian-impian saya yang luar biasa yang belum sempat saya berikan dedikasi yang terbesar, upaya yang terbaik, semangat yang paling luar biasa, ketekunan yang terhebat, serta semangat yang tidak akan pernah pudar. Ya, saya belum memberikan seluruh yang terbaik yang saya miliki untuk mewujudkan seluruh impian saya.

Kehidupan adalah Aset

Beberapa hari lalu, saya menyadari serta menemukan suatu kalimat yang sangat indah serta penting bagi pertumbuhan pribadi setiap individu. Kalimat tersebut sempat saya pasang di status akun Facebook saya selama beberapa hari dan dua hari kemudian juga saya share di akun Twitter saya. Kalimat tersebut berbunyi, “kehidupan adalah sebuah aset yang sangat berharga, oleh karena itu kehidupan harus dikelola dengan sangat baik”. Kalimat yang sungguh indah bukan ? Kalimat itu pula yang hari ini kembali muncul di benak saya. Saya teringat kembali akan kalimat tersebut setelah saya membaca kembali tulisan-tulisan lama yang pernah saya buat.
Tulisan yang berisi inspirasi saya waktu itu untuk mengejar gelar S-2 (Master) saya peroleh setelah sempat melakukan chat sebentar dengan salah seorang kawan lama. Di tulisan lama tersebut, saya menceritakan bahwa saya ingin mengejar gelar S-2 (Master) dan oleh karena itu saya harus bekerja keras serta mengelola seluruh kehidupan saya dengan baik agar impian tersebut dapat terwujud. Namun, setelah lebih dari satu tahun tulisan tersebut saya buat, ternyata saya masih kurang mampu untuk mengelola kehidupan saya dengan baik. Bahkan setelah lebih dari satu tahun berlalu sejak saya membuat tulisan tersebut, saya seolah membiarkan kehidupan saya berjalan mengikuti arus dan tanpa manajemen yang baik. Hal tersebut masih terus berlanjut sampai sekitar dua bulan yang lalu.
Namun sejak dua bulan lalu, saya akhirnya mulai sadar bahwa saya tidak boleh seperti itu terus. Saya harus mulai kembali mengelola kehidupan saya dan tidak membiarkan kehidupan saya hanya berjalan mengikuti arus. Saya harus kelola hidup saya, sebab hidup saya itu begitu penting dan merupakan aset yang sangat berharga yang tidak akan pernah dapat kembali lagi jika sudah habis nanti. Saya harus atur hidup saya dan menanganinya dengan sangat baik untuk menjadikan kehidupan saya sebagai sebuah kehidupan yang tidak biasa. Suatu kehidupan yang dapat memberi dampak bagi diri saya sendiri maupun orang lain. Kehidupan yang berdampak.

Sunday 19 December 2010

Agnes Monica: Prestasi Nomor Satu

Sekali lagi artis, penyanyi, pembawa acara, sekaligus juri Indonesian Idol ini mampu memberi saya inspirasi dalam hidup. Berikut adalah salah satu artikel dari surat kabar online yang berhasil saya peroleh yang memberitakan mengenai salah satu artis muda berbakat yang cantik ini. Selamat membaca.


Agnes Monica termasuk artis yang jarang membuat sensasi untuk mendongkrak karier. Bagi Agnes, prestasi merupakan syarat nomor satu untuk menjadi yang terbaik.

"Prestasi nomor satu. Kalau kita punya jaringan sosial, networking sebagus apapun, tapi enggak punya prestasi sama saja bohong. Apapun yang kita lakukan kalau bisa, jadi the best. Artinya, bukan hanya jadi biasa-biasa saja," ujar Agnes yang dijumpai di Hard Rock Cafe, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (27/7/2010).

Malah juri Indonesian Idol 2010 ini tak peduli dengan teknik promosi yang dilakukan manajemennya. Sebab dia percaya, kalau dirinya memang berprestasi, pasti prestasi itu sudah jadi ajang promo tersendiri.

Kompetisi

Kompetisi berasal dari kata Bahasa Inggris competition. Di era sekarang ini, saya percaya setiap kita sudah sering mendengar kata-kata ini digunakan dalam beragam bidang, mulai dari kompetisi olahraga, kompetisi bisnis, kompetisi menulis, kompetisi robot, serta beragam kompetisi yang lain. Kata kompetisi juga memiliki bentuk lain seperti perlombaan, persaingan, kejuaraan, dan sebagainya, tetapi semuanya tetap merujuk ke kata yang sama yaitu kompetisi.
Hari ini, sekitar dua jam sebelum saya membuat tulisan ini, secara tiba-tiba kata kompetisi ini muncul di pikiran saya. Ketika saya membaca suatu artikel baik di media cetak maupun media online serta ketika saya merenungkan atau mengingat kembali semua artikel yang telah saya baca, saya tersadar bahwa memang kompetisi atau persaingan sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari sejak dahulu kala. Sejak zaman prasejarah hingga zaman modern ini manusia telah mengenal kompetisi, tetapi di era modern ini hal tersebut semakin terlihat jelas atau nyata.
Bagi saya pribadi, kompetisi atau persaingan itu baik selama dilakukan untuk tujuan baik dan dalam kadar atau takaran yang tepat. Bagi saya pribadi, tanpa kompetisi seakan tidak ada sesuatu yang dapat menjadi pemicu atau pendorong atau motivasi di dalam diri untuk menjadi lebih baik sebaik yang kita dapat. Kompetisi atau persaingan dapat kita manfaatkan sebagai salah satu faktor pendorong untuk kita maupun kompetitor atau pesaing kita untuk menjadi lebih baik. Hal ini pula yang pernah disinggung oleh salah seorang penulis motivasi yang bukunya pernah saya baca. Kurang lebih dia menuliskan, ‘setiap orang yang takut untuk menghadapi persaingan atau kompetisi, tidak akan pernah bertumbuh secara pribadi’. Kalimat yang penulis tersebut tuliskan dalam salah satu bukunya semakin menjadi bukti atau fakta penguat bahwa kompetisi dapat juga menjadi sesuatu yang baik bagi setiap individu, secara pribadi maupun secara kelompok.

KumpulBlogger